Sepur Jogja-Bantul, Jejak Kejayaan Pabruk Gula
Yogyakarta - Kereta api (KA) Jogja-Bantul merupakan jalur lama yang pernah ada. Meski saat ini sudah tak ada, jalur ini pernah jaya di masanya.
Jalur ini dibangun sejak zaman Belanda. Jalur ini juga meruakan jalur transportasi penting waktu itu.
Sejak tahun 1920-1940-an menjadi andalan perusahaan-perusahaan gula di Bantul untuk diangkut ke Kota Yogyakarta. Waktu itu ada banyak pabrik gula di Bantul seperti pabrik gula Padokan, Semail, Jodhog Pandak, Bambanglipuro, PPleret.
Gula-gula hasil pabrik milik Belanda itu hampir semuanya diangkut menggunakan kereta maupun trem. Selain itu, kereta juga jadi alat transportasi warga ke kota.
Mentusuri bekas rel kereta ini dimulai dari Stasiun Tygy, Stasiun Ngabean Yogyakarta menuju Bantul. Ada beberapa stasiun yang masih bisa terlihat diantaranya Stasiun Dongkelan, Winongo, Bantul dan Palbapang. Sedangkan stasiun yang hilang diantaranya Stasiun Cepit. Demikian pula stasiun Pleret juga hilang tanpa bekas yang tersisa.
Sedangkan jalur trem dari Stasiun Palbapang menuju Sewugalur Brosot yang juga ada pabrik gulanya sudah hilang.
Selain bangunan bekas stasiun yang masih terlihat adalah jalur rel yang masih tertimbun di tanah. Jalur KA ini dari Pojok Beteng Kulon menyusuri selatan melalui Jalan Bantul.
Kereta baru berbelodi Dusun Kweni, Desa Panggungharjo Sewon. KA melintas di atas Kali Winongo sebelum behenti di Stasiun Winongo.
Stasiun ini sangat penting karena menuju Bantul dan masuk ke pabrik gula Padokan (Madukismo) untuk mengangkut gula. Ada persimpangan di dekat stasiun.
Meski masih ada rel yang terlihat, rel yang masuk ke pabrik saat ini sudah ditutup tembok. Sedangkan rel dari stasiun Winongo sampai Bantul dan Palbapang sebagian besar tertimbun tanah.
Sisa-sisa rel yang jadin saksi kejayaan kereta ini itu masih terkubur di tanah. Sekitar jalur kereta juga sudah berubah fungsi. Ada bangunan rumah, kios, hingga ada yanag terkena pelabaran jalan.
Bahkan jembatan KA di atas Sungai Winongo saat ini berubah jad jembatan untuk lalu-lintas warga baik berjalan kaki, sepeda dan motor.
Nasib pabrik gula di Bantul sebagian besar di bumi hanguskan saat perang kemerdekaan tahu 1945. Sedangkan jalur kereta di Bantul timur seperti di Pleret hingga ke kota telah dicopoti saat jaman Jepang. Rel-rel itu diangkut ke Birma udan Malaya untuk membuat jalur baru di sana.
Setelah kemerdekaan jalur kereta yang masih jalan hanya dari Stasiun Tugu, Ngabean hingga Palbapang. Jalur ini juga untuk transportasi warga ke kota hingga tahun 1980-an. Sedangkan gula dari pabrik Madukismo masih diangkut menggunakan kereta ini menuju depo/gudang hingga tahun 1985-an. Setelah itu tak beroperasi lagi selamanya. (Bagus Kurniawan)